Pusat Perekonomian yang Tergilas Roda Zaman, Kampung Cina Kota Bengkulu Riwayatmu Kini
Kampung Cina Kota Bengkulu riwayatmu kini yang tergilas roda zaman.--Radar Bengkulu
BACA JUGA:17 Jenis Kayu yang Beredar di Depot Kota Bengkulu, Berikut Lengkap dengan Harga per Kubik
Kawasan Kampung Cina, pelabuhan bahkan Benteng Marlborough ramai dengan aktivitas pedagang.
Di sekitar Kampung Cina berdiri gudang-gudang dengan pintu-pintu besar yang digunakan untuk memasukkan hasil bumi yang dikirim dari pelosok Bengkulu.
Pada masa itu hasil bumi yang mendominasi perdagangan lintas pulau di Bengkulu adalah kopi, cengkeh, lada dan karet.
Mayoritas warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Kampung Cina pada masa itu berasal dari dua daerah yaitu kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Muara Aman, Kabupaten Lebong.
BACA JUGA:Tren Positif, BPS Laporkan Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu Triwulan III 2023 Mencapai 3,96 Persen
Keturunan Tionghoa yang datang dari Manna, bermata pencaharian dari sektor perkebunan, sedangkan yang datang dari Muara Aman bekerja di tambang emas.
Pada masa itu, kawasan simpang lima yang pada saat ini menjadi pusat perdagangan, dulunya hanyalah batas kota tempat musafir beristirahat melepas lelah, selebihnya adalah hutan belantara.
Dalam buku sejarah yang ditulis oleh Prof Dr. Abdullah Siddik pada tahun 1500-1990, dimana warga keturunan Tionghoa mulai bermukim di Bengkulu sejak tahun 1689.
Bangsa keturunan Cina telah banyak menetap di Kota Bengkulu pada tahun 1714, umunya mereka bekerja sebagai pedagang.
BACA JUGA:Kayu Gadis, Kayu Langka Asli Nusantara, Memiliki 12 Sebutan Nama yang Berbeda-beda
Selain hal tersebut, di masa itu warga keturunan Tionghoa diberi kedudukan istimewa oleh Wakil Gubernur Joseph Collet, dimana pada masa itu warga keturunan Cina tersebut dipimpin oleh seorang kapitan.
Seiring dengan perkembangan zaman, Kota Bengkulu terus mengalami perluasan. Pengembangan Kota Bengkulu diarahkan ke Jalan Lingkar Timur dan Barat yang dibangun oleh Gubernur ke- 3 yaitu Suprapto, ia menjabat pada tahun 1979-1989.
Daerah Kampung Cina semakin ditinggalkan penghuninya sekitar tahun 2000-an, usaha burung waletpun semakin marak.
Ruko-ruko yang dulunya di huni kebanyakan sudah dijual kepada investor dari luar Kota Bengkulu untuk dijadikan sarang walet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: