HONDA

Siapa Aktor Utama Rekayasa Nilai PDSS? Kepsek SMAN 5 Kota Bengkulu Masih 'Pasang Badan'

Siapa Aktor Utama Rekayasa Nilai PDSS? Kepsek SMAN 5 Kota Bengkulu Masih 'Pasang Badan'

Siapa Aktor Utama Rekayasa Nilai PDSS? Kepsek SMAN 5 Kota Bengkulu Masih 'Pasang Badan'--Foto Radar Bengkulu/DOK/RB

Kemudian, pada tanggal 13 Februari 2024, anaknya mendapat kabar bahwa sudah turun pada posisi ke 3 pada perangkingan eligible tersebut. 

“Saat saya melihat anak saya berada di posisi ketiga, saya tidak yakin. Akhirnya saya mendatangi kepala sekolah dan menemui guru-guru yang berkepentingan disitu,” terangnya. 

BACA JUGA:BSI Gadai Emas, Nilai Taksir Tinggi dan Prosesnya Cepat, Berikut Cara, Syarat dan Ketentuannya !

BACA JUGA:Program Bank Sampah di Bengkulu Sukses Atasi Permasalahan Sampah dan Ciptakan Nilai Ekonomi

Kemudian, Widodo menemui para guru di SMAN 5 Bengkulu. Saat itu, Widodo menanyakan kepada para guru dasar dari perangkingan eligible. 

“Gurunya menjawab nilai. Maka saya ingin melihat nilai yang digunakan untuk perangkingan di eligble ini. Namun, sat itu Guru BK menyebut nilai itu dari Waka Kurikulum,” ujarnya. 

Kemudian, Widodo menemui Waka Kurikulum SMAN 5 Bengkulu. Saat ditemui, Waka Kurikulum tidak ingin memberikan nilai yang dijadikan acuan perangkingan tersebut. 

“Mereka berdua (Guru BK dan Waka Kurikulum, red) akhirnya mereka saling lempar tanggung jawab,” kata Widodo.  

Akhirnya Widodo mulai merasa curiga. Selanjutnya, dia meminta semua rekap nilai itu kepada kepala sekolah. Lalu kepala sekolah mengumpulkan semua pihak yang terlibat dalam perekapan nilai. 

Setelah rekap nilai itu diterima Widodo. Diketahui, bahawa ada nilai siswi yang saat ini berada di posisi dua pada perangkingan terlihat mencurigakan.  “Ternyata pas dilihat ada nilai anak lain yang dinaikkan,” sebutnya. 

BACA JUGA:Hore! Awal Ramadhan 2024 Bakal Ada Libur Panjang, Ini Tanggalnya

BACA JUGA:Padusan, Tradisi Mensucikan Diri Menyambut Bulan Ramadhan di Jawa Tengah

Namun, saat dia mau mengonfirmasi temuannya. Pihak sekolah mengaku hal itu terjadi karena ada kesalahan saat nilai diupload ke sistem PDSS.

Di situ, pihak sekolah hanya meminta maaf kepadanya. Namun, dia ingin agar perangkingan itu dapat diperbaiki dan kembali normal.

“Saya hanya menuntut hak anak saya dikembalikan. Kalau pihak sekolah meminta maaf, saya maafkan. Tetapi untuk kesalahan data saya tidak bisa terima,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: