HONDA

Fenomena Udara Panas di Indonesia Disebabkan Gelombang Panas? Begini Penjelasan BMKG

Fenomena Udara Panas di Indonesia Disebabkan Gelombang Panas? Begini Penjelasan BMKG

Begini penjelasan BMKG terkait fenomena udara panas di Indonesia, benarkah disebabkan gelombang panas?--Heri/rakyatbengkulu.com

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Fenomena udara panas beberapa waktu belakangan sedang melanda Indonesia. Benarkah Fenomena ini disebabkan oleh gelombang panas atau heatwave?

Menurut World Meteorological Organization (WMO) gelombang panas atau heatwave adalah fenomena dengan kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut.

Pada kondisi ini suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C (9°F) atau lebih.

Menanggapi fenomena tersebut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun angkat bicara.

BACA JUGA:Waspada! BMKG Prediksi Hujan Disertai Petir Terjadi di Bengkulu Kamis Siang

BMKG memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa waktu terakhir ini bukan merupakan gelombang panas atau heatwave.

"Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu kita tidak termasuk ke dalam kategori heatwave," ungkap Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto dikutip antaranews.com, Kamis, 2 Mei 2024.

Udara panas di Indonesia ini tidak masuk dalam kategori heatwave karena tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas. 

Guswanto memaparkan, mengacu pada data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat sebesar lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian.

BACA JUGA:Gunung Ruang Kembali Erupsi Begini Pantauan BMKG

"Hal itu sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari," katanya.  

Peningkatan suhu tersebut terpantau melanda beberapa wilayah, mulai dari Jayapura, Papua (35,6 celcius), Surabaya, Jawa Timur (35,4 celcius).

Kemudian, Palangka Raya, Kalimantan Tengah (35,3 celcius), Pekanbaru- Melawi, Kalimantan Barat- Sabang, Aceh dan DKI Jakarta (34,4 celcius).

Meski demikian, Guswanto memaparkan, peningkatan suhu tersebut tidak sama dengan apa yang dialami sejumlah negara Asia lain seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal dan Cina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: