Pedagang Daging Sapi di Rejang Lebong Keluhkan Omzet Menurun Saat Ramadan 1445 H
Omzet menurun saat Ramadan 1445 H dikeluhkan pedagang daging sapi di Rejang Lebong.--Badri/rakyatbengkulu.com
CURUP, RAKYATBENGKULU.COM - Pedagang daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Kota Curup mengeluhkan turunnya omzet selama bulan Ramadan.
Sejak awal Ramadan 1445 H tahun 2024 hingga hari ini Rabu, 27 Maret 2024 omzet yang didapat pedagang tak seperti tahun sebelumnya.
Eko (39), seorang pedagang daging sapi di Pasar Atas Curup Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu menuturkan, harga daging sapi tidak ada kenaikan.
Yakni untuk daging kualitas super Rp140.000 per kilogramnya, sedangkan daging sapi nomor 2 seharga Rp120.000 sampai Rp130.000, sedangkan nomor 3 Rp100.000 per kilogram.
BACA JUGA:Tarif Parkir di Rejang Lebong Tidak Berubah, Sepeda Motor Rp1.000 dan Mobil Rp2.000
"Selama Ramadan ini satu ekor sapi saja sampai sore tidak habis, bisa sampai tiga hari habisnya," keluh Eko saat berbincang dengan rakyatbengkulu.com, Rabu.
"Ada kenaikan omzet hanya tiga hingga 3 hari Ramadan saja, satu hari bisa menghabiskan satu ekor sapi atau sekitar 200 kilogram, namun saat ini untuk menjual 100 kilogram saja tidak habis," ungkap Eko.
Belum lagi, sambung Eko, saat ini daging kerbau beku dari Bulog yang dijual harganya paling mahal Rp90.000 saja juga ikut mempengaruhi omzet penjualan daging sapi selama Ramadan ini.
"Belum lagi saat ini juga pasar kalangan juga sudah ada setiap harinya cuman berpindah lokasi saja, sehingga masyarakat jarang untuk membeli daging sapi ke pasar melainkan membeli daging sapi ke pasar kalangan," terangnya.
BACA JUGA:Ternyata Ini yang Jadi Kendala Realisasi Program Seragam Gratis Bagi Pelajar di Rejang Lebong
Sementara itu, biasanya menjelang Idulfitri 1445 H, omzet daging kembali naik, namun untuk tahun ini belum bisa diprediksi apakah omzet naik atau tidak karena juga harga hewan ternak juga mengalami kenaikan.
"Harga hewan ternak biasa menjelang Idulfitri juga ikut naik namun harga daging dan omzet belum bisa diprediksi," demikian Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: