BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Ratusan kerbau di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan, mati mendadak akibat wabah penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) yang menyerang sejak Agustus hingga Oktober 2024.
Hingga kini, tercatat sebanyak 140 ekor kerbau mati di wilayah tersebut, menimbulkan kerugian besar bagi para peternak.
Penyakit ngorok disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang menyerang saluran pernapasan ternak, menyebabkan kematian mendadak.
Dikutip KORANRB.ID, salah satu peternak dari Desa Padang Nibung, Zainal Arifin, menyampaikan kekhawatirannya mengenai wabah ini.
BACA JUGA:Kasus Korupsi Proyek Puskeswan Bengkulu Tengah, 10 Tersangka Terancam Sidang
BACA JUGA:Latte Vegan: Pilihan Minuman Non-Dairy Sehat yang Nggak Kalah Enak
“Ternak saya saja sudah 7 ekor, total di wilayah kami, khususnya di Desa Padang Nibung dan Kuripan, ada 140 ekor,” ungkap Zainal.
Ia menjelaskan bahwa angka ini diperoleh dari laporan peternak yang mengalami kematian ternak, dan menurutnya, tindakan dari Dinas Pertanian belum memberikan hasil yang signifikan.
Zainal menuturkan, meskipun petugas dari Dinas Pertanian telah turun ke lapangan, penanganan yang dilakukan terbatas pada penyuntikan vitamin dan penyemprotan.
“Kami mau vaksin ternaknya, itu yang kami harapkan,” kata Zainal.
BACA JUGA:Kombucha: Minuman Fermentasi Kesehatan yang Bikin Pencernaan Lancar
BACA JUGA:Cold Brew Teh Hijau: Alternatif Sehat buat Penggila Kopi yang Lagi Hits
Ia mengkhawatirkan, jika tidak segera dilakukan langkah pencegahan, jumlah kematian kerbau akan terus bertambah dan bahkan meluas ke desa-desa lain.
Di sisi lain, peternak Wahyudi dari Desa Seginim terpaksa mengambil langkah ekstrem dengan menyembelih kerbaunya yang terpapar penyakit sebelum mati mendadak.
“Mau dijual toke beli dengan harga sangat murah, bahkan hanya Rp 5 juta, padahal normalnya Rp 15 juta - 25 juta,” ujar Wahyudi.