BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Dinas Pertanian Kabupaten Kaur memulai vaksinasi massal untuk menekan penyebaran penyakit ngorok yang mengancam ribuan hewan ternak. Program ini menyasar wilayah dengan kasus tertinggi.
Dalam upaya menanggulangi penyebaran penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) yang semakin meluas, Dinas Pertanian Kaur melalui Bidang Peternakan melakukan vaksinasi terhadap 1.000 ekor sapi dan kerbau milik peternak. Penyakit ini menjadi ancaman serius bagi peternak, mengakibatkan kematian mendadak pada banyak hewan ternak di Kabupaten Kaur. Program vaksinasi ini didukung oleh Dinas Kesehatan Hewan (Dinkeswan) Provinsi Bengkulu yang memberikan bantuan dosis vaksin untuk disalurkan ke beberapa kecamatan dengan kasus penyakit ngorok tertinggi, termasuk Kaur Selatan, Nasal, Padang Guci Hulu, Padang Guci Hilir dan Lungkang Kule. BACA JUGA:Hari Santri dan PR Santri di Era Digital BACA JUGA:Polda Bengkulu Limpahkan Kasus Tambang Ilegal Tersangka Tunggal ke Kejaksaan, Berkas Segera Masuk Pengadilan Kawasan lain yang lebih terpencil seperti Kecamatan Tanjung Kemuning, bagian atas Kaur Selatan, dan Kaur Tengah juga mendapat prioritas. "Penyuntikan 1.000 dosis vaksin ngorok bantuan dari Provinsi telah rampung semuanya berjalan dengan lancar," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kaur, Kastilon Sirad, S.Sos., melalui Kepala Bidang Peternakan, drh. Rakhmad Fajar dikutip KORANRB.ID. Ia menjelaskan, kekebalan hewan terhadap penyakit ini diperkirakan akan mulai terbentuk dalam jangka waktu satu minggu hingga satu bulan pascavaksinasi, dengan kekebalan penuh terbentuk sekitar tiga bulan setelah penyuntikan. “Mudah-mudahan dengan disuntikan vaksin ini, mampu menekan jumlah kasus ngorok di Kaur yang terus bertambah," harap Rakhmad. BACA JUGA:Menumbuhkan Kepercayaan Internasional di Tengah Krisis Global BACA JUGA:Polres Rejang Lebong dan Pemkab Sita Belasan Jerigen Miras Lokal dan Pabrikan di Operasi Pekat Namun, jumlah vaksin yang tersedia masih jauh dari cukup untuk mencakup seluruh ternak di Kabupaten Kaur, yang saat ini tercatat lebih dari 8.000 ekor. Karena keterbatasan, vaksinasi difokuskan terlebih dahulu ke area dengan jumlah kasus tertinggi. "Kita sudah minta pengajuan tambahan vaksin ngorok, karena 1.000 dosis itu masih sangat sedikit. Artinya masih banyak sekali wilayah yang belum mendapatkan vaksin," ungkap Rakhmad. Data Dinas Pertanian mencatat sebanyak 86 ekor sapi dan kerbau milik warga Kaur telah mati akibat penyakit ini. Kasus terbaru terjadi di Kecamatan Kaur Selatan, tepatnya di wilayah perkantoran Padang Kempas, di mana tiga ekor kerbau, satu diantaranya indukan dan dua anaknya dilaporkan mati. BACA JUGA:Ingin Mengganti PIN dan Nomor HP pada BRImo? Berikut Langkah-langkah yang Harus Dilakukan BACA JUGA:Mengatasi FOMO di Era Media Sosial dengan Mudah Kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Tanjung Kemuning pada 8 Oktober lalu, dengan 15 ekor kerbau dinyatakan mati akibat penyakit yang sangat menular ini. “Meskipun belum seluruhnya bisa diberikan vaksinasi, namun langkah ini setidaknya bisa meredam sedikit kasus yang terus bertambah,” terang Rakhmad. Seiring dengan penyebaran penyakit yang terus meningkat, Rakhmad mengimbau agar peternak menjaga ternaknya di kandang sementara waktu dan tidak membiarkan mereka berkeliaran bebas untuk mencegah penularan. “Kandangankan dulu ternaknya, jangan dilepas liarkan dulu. Bagi yang ingin mensterilkan kandangnya, kita juga punya disinfektan di kantor, boleh langsung minta ke bidang peternakan,” imbaunya. BACA JUGA:Kenali Tanda-Tanda Kecemasan Sosial di Zaman Digital dan Cara Mengatasinya BACA JUGA:Fitur Kirim Barang BRImo Mudahkan UMKM Sebagai informasi, penyakit ngorok merupakan penyakit menular yang sering menyerang hewan ternak seperti sapi dan kerbau. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang menyerang saluran pernapasan dan sistem tubuh lainnya pada hewan ternak.