Tumpukan Batuan Berlapis di Desa Kampung Melayu Rejang Lebong Mirip Candi
Mirip candi, tumpukan batuan berlapis di Desa Kampung Melayu Rejang Lebong.--Badri/rakyatbengkulu.com
CURUP, RAKYATBENGKULU.COM - Sebuah temuan menarik baru-baru ini menciptakan kehebohan di kalangan penduduk Dusun 3 Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong.
Seorang warga setempat bernama Saikul Latif menemukan tumpukan batuan berlapis yang menyerupai struktur bangunan candi di kebun milik Ayik Koswara secara kebetulan saat menjelajahi sekitar perkebunan.
Keberadaan tumpukan batu ini menarik perhatian Prof. R Cecep Eka Permana dari Universitas Indonesia, seorang arkeolog yang telah melakukan penelitian dan ekskavasi untuk mengungkap identitas sebenarnya dari batuan tersebut.
Meskipun belum ada bukti campur tangan manusia, arkeolog menduga bahwa batuan tersebut kemungkinan berasal dari letusan gunung berapi yang terjadi jutaan tahun yang lalu.
BACA JUGA:Penemuan Batuan Berlapis di Rejang Lebong, Bengkulu: Menggali Potensi Cagar Budaya Baru
"Meskipun belum dipastikan apakah tumpukan batuan ini merupakan situs atau bangunan candi yang dibuat oleh manusia, riset sementara menunjukkan bahwa batuan itu kemungkinan berasal dari letusan gunung berapi," ujar Saikul.
Saikul mengusulkan agar lokasi ini dapat dijadikan tempat wisata. Keberadaan bunga Rafflesia yang langka di sekitar lokasi, ditambah dengan sungai yang masih bersih dan tidak terkontaminasi, menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata potensial.
"Meskipun misteri masih menyelimuti keberadaan batuan tersebut, penemuan ini membuka peluang untuk lebih memahami sejarah alam dan geologi daerah tersebut, serta memberikan potensi untuk pengembangan pariwisata lokal," terang Saikul.
Sementara itu, menurut Saikul, kita masih menunggu hasil penelitian lebih lanjut dari para ahli. Namun, kita dapat menantikan cerita lebih lanjut tentang asal-usul dan makna dari penemuan ini.
"Walaupun sekilas terlihat mirip bangunan candi, namun kita masih menunggu hasil riset yang dilakukan oleh arkeolog dari Universitas Indonesia, Prof. R Cecep Eka Permana," kata Saikul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: