BANNER KPU
HONDA

Festival Budaya HUT ke-144 Curup, Tampilkan Tarian Tradisional dari 9 Kecamatan

Festival Budaya HUT ke-144 Curup, Tampilkan Tarian Tradisional dari 9 Kecamatan

Tarian tradisional dari 9 kecamatan ditampilkan dalam Festival Budaya HUT ke-144 Curup.--Badri/rakyatbengkulu.com

BACA JUGA:Judika Meriahkan HUT ke-144 Kota Curup, Pemkab Rejang Lebong Siapkan Acara Spektakuler

Curup Selatan menampilkan "Tari Menganyam", yang menggambarkan proses pembuatan anyaman bakul melalui gerakan tari yang tertata.

Sepuluh penari cilik usia SD berhasil menunjukkan ketekunan dan keahlian dalam membuat perlengkapan rumah tangga dari anyaman bambu.

Keanggunan Bunga Rafflesia dalam "Tari Bumi Rafflesia"

Festival ini dibuka dengan "Tari Bumi Rafflesia", sebuah tarian yang menggambarkan keindahan dan keanggunan Bunga Rafflesia, yang menjadi ikon flora di Bengkulu. 

BACA JUGA:Daftar Lengkap! 18 Perwira Jajaran Polda Bengkulu yang Dimutasi, Ada Kasat hingga Kapolsek

Para penari mengenakan busana khas Melayu dan menarikan gerakan yang luwes dan anggun, menyerupai kelopak bunga Rafflesia yang sedang mekar.

Tarian ini juga menampilkan interaksi serangga penyerbuk yang menjadi bagian penting dalam ekosistem Rafflesia.

Setelah itu, "Tari Mak Tutum Mai Umbung" dari Kecamatan Selupu Rejang mengangkat tradisi lokal saat menghadiri umbung atau hajatan dengan membawa baskom berisi beras, kelapa, dan bahan pokok lainnya.

Tari ini menggambarkan semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat setempat.

BACA JUGA:Aksi Pecah Kaca Mobil di Rejang Lebong Resahkan Pengendara, Polisi Lakukan Olah TKP untuk Buru Pelaku

Kecamatan Binduriang menampilkan "Tari Pelbeak Celako", sebuah kolaborasi antara tari dan teater yang menceritakan kehidupan para petani saat menggarap ladang secara gotong royong.

Unsur teaterikalnya menggambarkan kisah anak yang keras kepala dan akhirnya mendapat pelajaran dari "Nenek Gergasi", sosok hantu yang sering mengganggu.

Tidak kalah menarik, Kecamatan Sindang Beliti Ilir (SBI) menghadirkan "Tari Min Tutum", yang menyoroti kebiasaan gotong royong masyarakat dalam membantu tetangga yang mengadakan hajatan.

Para penari, enam gadis belia, menampilkan gerakan yang mencerminkan kerja sama dan kepedulian sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: