Hari Pahlawan 10 November 2023, Mengenang Perjuangan Kolonel Zakaria Kamidan, PRRI dan Cinta Tante Dee
Sosok Kolonel Zakaria Kamidan dan istri Helda Augustina akrab disapa Om Jack dan Tante Dee.--dok/rb
BACA JUGA:Cangkang Telur dan Kulit Pisang Bisa Jadi Pupuk Lho, Mengandung Kalium dan Kalsium
Tahun 1939 Zakaria Kamidan dikirim ayahnya ke Batavia untuk menempuh pendidikan di KWS (Koningin Wilhelmina School) atau Sekolah Teknik Menengah. Ia kost di rumah Anwar Tjokroaminoto (anak HOS Tjokroaminoto) disinilah semangat nasionalismenya makin terasah. Karena di rumah Anwar sering bertemu banyak tokoh pergerakan seperti Haji Agus Salim dan Mr. Muhammad Roem. Waktu itu Anwar bekerja di surat kabar Pemandangan sebagai redaktur pelaksana.
BACA JUGA:Ketahui! Begini Cara Mengolah Daun Jambu Biji Sebagai Obat Alami Sakit Gigi
Setamat sekolah di Batavia, pada Maret 1943 bersama ratusan pemuda terpelajar lainnya dia dikirim Jepang pulang ke daerah asal masing-masing. Ada yang ke Bengkulu, Lampung, Medan, Palembang dan lain-lain. Tentu saja motifnya gampang ditebak, pihak Jepang ingin para pemuda terpelajar disebar untuk menjadi tenaga inti mendukung Jepang menghadapi Sekutu.
BACA JUGA:Punya Tahi Lalat di Bawah Bibir Menandakan Dia Ulet, Di Pipi Kanan Disenangi Orang
Jepang membuka pendidikan Giyugun (sekolah calon perwira militer Jepang) gelombang pertama pendidikan ini dimulai pada 13 Desember 1943 di Pagar Alam Sumatera Selatan, Terpengaruh propaganda Jepang yang akan membebaskan Hindia Belanda dari kolonialisme barat, Zakaria Kamidan ikut mendaftar, selain itu ada Maludin Simbolon, Boerhan Dahri, Santoso Suryaatmaja, Barlian, Zainal Arifin Jamil, Zamhari Abidin, Daud Mustafa, Buchari Jakub dan Sabirin Burhani juga terpilih mengikuti pendidikan ini.
BACA JUGA:Jaman Bengkulu: Putusan MKMK Sudah Tepat, Berhentikan Anwar Usman
Kelak dikemudian hari para pemuda ini banyak terlibat dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.
BACA JUGA:Kedalaman Danau Masih Misteri, Sering Mengeluarkan Cahaya Saat Jelang Gelap
BERTARUH NYAWA DI TABA RENAH.
Sosok Zakaria Kamidan saat berpangkat kapten.--dok/rb
Banyak tulisan membahas perang yang terjadi pada 30 Desember 1945 di Taba Renah Curup Rejang Lebong itu, misalnya dibuku Emong Soewandi "Perang di Tanah Rejang (1835-1946)", Andhra Grafika, 2023 dan artikel Agus Setiyanto berjudul Zakaria Kamidan, 23 Desember 1926-28 November 1996 (https://bangkahoeloe.wordpress.com) diceritakan tentang perang Taba Renah yang penuh dengan kisah heroik itu, para pejuang baik TKR maupun laskar rakyat menyabung nyawa. Tak terkecuali Letnan. Zakaria Kamidan.
BACA JUGA:Wow! 20 Jenis Alat Tangkap Ini Dilarang Beroperasi di Bengkulu: di Semua Jalur Penangkapan Ikan
Penyebab perang Taba Renah dikarenakan Jepang menolak ultimatum Mayor Barlian selaku komandan TKR Keresidenan Bengkulu. Ultimatum tersebut pertama, supaya Jepang meletakkan seluruh senjatanya di ujung jembatan Taba Renah dan yang kedua, larangan untuk para prajurit Jepang supaya tidak keluar dari markasnya yang berada di Pesanggerahan dan Katakura (sekarang ini menjadi Kelurahan Dwi Tunggal).
BACA JUGA:Kaya Vitamin dan Mineral, Ternyata Ini Deretan Manfaat Buah Melinjo untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: