Harga Jual Hasil Bumi Anjlok, Warga Enggano Tinggalkan Kebun dan Bertahan dengan Utang
Harga Jual Hasil Bumi Anjlok, Warga Enggano Tinggalkan Kebun dan Bertahan dengan Utang--ist/Rakyatbengkulu.com
"Di warung besar, biasanya omzetnya sampai Rp10 juta, kini cuma setengah saja. Karena tidak ada yang belanja. Yang adanya utang yang menumpuk di warung," ungkap Yudi, warga Meok.
Tak hanya dunia usaha, krisis juga merambah kebutuhan dasar warga.
BACA JUGA:Dari Tinta Jurnalis ke Kursi Walikota, Kisah Inspiratif Dedy Wahyudi Membangun Bengkulu
Harun Kaarubi, mantan Paabuki, mengaku telah menunggak tagihan PDAM selama empat bulan karena tak lagi memiliki pemasukan.
"Mungkin didiskon dulu atau gimana. Ini repot kami, menumpuk terus tagihan PDAM," harapnya.
Kelangkaan uang juga memaksa warga menyesuaikan penggunaan listrik secara ekstrem.
Sebagian ibu rumah tangga bahkan hanya mengisi token listrik setengah dari jumlah biasa, agar listrik tetap menyala meski dengan penerangan minim.
"Token, PDAM kan langsung dibayar atau tak bisa diutang. Jadi kami terpaksa isi setengah dulu tokennya. Yang penting hidup aja lampu," kata warga Malakoni, Susi.
BACA JUGA:Bukan Sekadar Segar, Ini Alasan Nanas Ampuh Tingkatkan Stamina Tubuh
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Bengkulu, Fahmi Arisandi, menyuarakan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah yang dianggap lalai melihat penderitaan masyarakat Enggano.
"Enggano sedang tidak baik-baik saja! Mana tanggung jawab pemerintah soal nasib mereka? Tidak ada sama sekali," tegas Fahmi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


