HONDA

Rupiah Tertekan, Analis: Kebijakan Tarif AS Jadi Pemicu Utama

Rupiah Tertekan, Analis: Kebijakan Tarif AS Jadi Pemicu Utama

Dampak kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat terhadap nilai tukar rupiah. Menurut analisa dari Doo Financial Futures.--Dok/Antaranews.com

RAKYATBENGKULU.COM - Nilai tukar rupiah mengalami tekanan berat akibat kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. 

Langkah ini memicu kekhawatiran pasar global dan memengaruhi kondisi kurs di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa kebijakan tersebut memberikan dampak signifikan terhadap nilai rupiah. “Indonesia (mendapatkan tarif) 32 persen. 

BACA JUGA:NasDem Tak Ambil Jatah Kabinet Prabowo, Surya Paloh: 'Kami Tahu Diri'

BACA JUGA:Kemendagri Siapkan Retret Gelombang Kedua, 25 Kepala Daerah Akan Mengikuti

Rupiah bakalan tertekan berat sebagai salah satu negara yang dikenakan tariff reciprocal besar,” kata Lukman kepada ANTARANEWS.COM di Jakarta, Kamis.

Kebijakan tarif tambahan sebesar 25 persen terhadap semua mobil yang dibuat di luar AS telah diumumkan sebelumnya oleh Presiden Trump dan secara resmi mulai diberlakukan hari ini. 

Langkah ini diambil untuk memangkas defisit perdagangan global yang selama ini menjadi sorotan pemerintah AS.

“Rupiah diperkirakan akan kembali melemah hari ini, besar kemungkinan akan volatile dan melibatkan intervensi Bank Indonesia. Indeks dolar AS terpantau volatile menyusul kebijakan tarif imbal balik Trump yang sedang diumumkan terlihat lebih agresif dari yang diperkirakan. Sentimen pasar saat ini sangat negatif dan risk off, BI akan intervensi,” lanjut Lukman.

BACA JUGA:Mencegah Tragedi Berulang, Polres Seluma Pasang Garis Polisi di Lokasi Tenggelamnya Wisatawan

BACA JUGA:Gaji Honorer Setwan Kaur Tak Jadi Cair Sebelum Lebaran, Ada Apa?

Dengan tekanan dari sentimen global ini, nilai tukar rupiah pada hari ini diprediksi bergerak dalam kisaran Rp16.600 hingga Rp16.900 per dolar AS.

Sementara itu, pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta, rupiah dibuka melemah sebesar 59 poin atau 0,36 persen menjadi Rp16.772 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.713 per dolar AS.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar keuangan masih sangat rentan terhadap perubahan kebijakan global, khususnya yang berasal dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: