HONDA

Pedas! Rocky Gerung Sebut People Power Alat Uji Kedaulatan Rakyat

 Pedas! Rocky Gerung Sebut People Power Alat Uji Kedaulatan Rakyat

Rocky Gerung saat menjadi pembicara. foto: MC DPD--

 

PALEMBANG, RAKYATBENGKULU.DISWAY.ID -  Pengamat politik Rocky Gerung menilai wacana people power yang tengah menggema di kalangan rakyat bukan sebagai bentuk tindakan makar.

Sebaliknya, Rocky menilai people power sebagai alat uji kedaulatan rakyat. 

"Rakyat itu punya hak bertanya dan hak itu bisa dilakukan di jalanan. Itulah yang dinamakan people power. Dia bukan makar. Tetapi itulah kedaulatan rakyat. Di situlah kita uji rakyat ini berdaulat atau tidak. People power itu tidak berbahaya," kata Rocky, pada acara yang diselenggarakan Simpul Jaringan Umat Institute (Sijarum Institute) di 101 Hotel, Palembang (Sumsel), Selasa (28/6).

Pada diskusi yang diselenggarakan secara offline dan online itu, Rocky menyitir pernyataan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.

BACA JUGA: Perampok Alfamart Bisa Saja Setingan, Polisi Periksa 5 Saksi Termasuk Karyawan

Menurutnya, meski LaNyalla menegaskan akan tetap mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga tahun 2024, namun LaNyalla tetap akan menyampaikan aspirasi yang disampaikan oleh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Lintas Provinsi yang diserahkan kepada dirinya.

"Beliau ini paham demokrasi, bahwa evaluasi tak boleh ditahan melalui siklus pemilu lima tahunan. Kita bisa simpulkan bahwa DPD RI ini adalah dewan yang berpikir. Sementara DPR RI adalah dewan yang berpolitik. Meski keduanya berjalan di atas rel yang namanya konstitusi," sebut Rocky.

Oleh karenanya, Rocky meminta kepada LaNyalla untuk menjadikan DPD RI agen perubahan dan diskursus pemikiran. Sebagai misal, anggaran mengentaskan kemiskinan yang jumlahnya mencapai total Rp1.500 triliun di semua pos APBN.

Dengan anggaran yang besar itu  menurutnya, mestinya kemiskinan di Sumatera Selatan dapat berkurang drastis. 

BACA JUGA: Masih Beroperasi, Karyawan Pastikan Pemandu Lagu dan Tamu Pria Tidak Meninggal di Tempat Karaoke

"Presiden itu diwajibkan konstitusi dengan dua tugas. Pertama adalah memelihara orang miskin dan kedua mencerdaskan kehidupan bangsa. Pertanyaannya, mengapa anggaran Rp 1.500 triliun yang disuplay ke dalam APBN itu tetap tidak menghasilkan kecerdasan yang bisa diukur," tutur Rocky.

Rocky juga menyinggung kesenjangan sosial dan ekonomi yang begitu tinggi di negeri ini. Ada 1 persen kelompok orang yang menguasai setengah kekayaan di Republik ini. 

“Kita tak boleh menyerah. Kita tak boleh memberikan kekuasaan kepada orang yang salah. Kita yang memilih pemimpin. Ini bukan sipil-militer, tapi yang penting adalah bagaimana value-nya. Sebab, ada sipil yang bertindak seperti militer, begitu juga sebaliknya," tutur Rocky.

Dikatakan Rocky, ketika rakyat menghimpun diri dalam koalisi, mereka merupakan upaya untuk menghalau Indonesia dari jerat utang.

BACA JUGA: Perintah Dirut: Dokter Malas, Insentif Tak Dibayar

"Sekarang ini Jokowi menghadiri G-20 dan seakan - akan mendamaikan perang Rusia dan Ukraina. Nanti katanya akan ada pernyataan bersama. Mungkin Presiden Putin akan bilang, 'Anda ngurusin minyak goreng saja tidak bisa kok," tutur Rocky.

Menurutnya, nilai yang dimaksudnya di atas sebagaimana ada dalam diri Vladimir Putin. Saat ini Putin lanjutnya, menjadi idola bagi generasi muda berdasarkan survei kecil - kecilan yang dilakukannya. 

“Saya bikin survei profil kepemimpinan dunia siapa yang disukai. Jawabannya adalah Putin. Kita melihat profil seperti Putin ada pada diri LaNyalla. Hal itu bisa dilihat dari ketegasan sikapnya. Ketenangannya ada," imbuh LaNyalla.

Kata dia, jika disodorkan tiga nama yakni Prabowo Subianto, Andhika Perkasa dan AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, maka pilihan rakyat kemungkinan besar akan jatuh kepada LaNyalla.

Sebab, Prabowo profil militernya akan terus terkenang di benak rakyat. Pun halnya Andhika Perkasa yang masih aktif menjabat. 

BACA JUGA: Sewa Menunggak, 30 Kios Disegel

“LaNyalla ini orang sipil dan paham konstitusi. Kalau kita survei cepat dan terjadi perubahan cepat, maka kemungkinan besar terpilih. DPD RI itu yang paling paham hingga daerah. 

“Partai itu tahunya hanya uang. Maka, kita dorong DPD RI jadi agen perubahan. Dengan begitu, poros perubahan rakyat dari Sabang sampai Merauke akan terbentuk," terang Rocky.

Oleh karenanya, dari Palembang perubahan lanjutnya mesti digelorakan.

"Di Palembang ini meski tadi dipaparkan tingkat kemiskinannya tinggi, tapi mereka otaknya bekerja. Kenapa begitu, karena mereka makan ikan, bukan menghafal nama - nama ikan," kelakar Rocky.

Saat ini, Rocky menyebut jika Indonesia tengah dalam kecemasan. Semua orang nyaris meragukan apakah usia kekuasaan sampai pada tahun 2024 secara normal. 

BACA JUGA: Jersey Kuning Ronaldinho untuk Menko Airlangga, Senada dengan Identitas Partai Golkar

"Pidato Megawati mengindikasikan adanya kekacauan di internal PDIP. Kalau terjadi perubahan politik, ketika Jokowi akan dilengserkan, dia bisa intervensi melalui MK," tutur Rocky.

Oleh karenanya, Rocky menilai saat ini Indonesia butuh pemimpin sementara. Kita pun harus siap dengan keadaan darurat politik.

"Politik itu membatalkan hal yang tak mungkin. Kalau rakyat yang beri tiket untuk LaNyalla, maka bukan tak mungkin jadi Presiden. Kita berharap pemerintahan mulus hingga 2024. Tapi kalau tak mulus, kita harus mempersiapkan panitia dalam keadaan darurat," jelas Rocky.

Sebab, kata Rocky, Indonesia mulai meninggalkan wajah demokrasi. Praktik demokrasi di negeri ini berhenti ketika Jokowi menyebut tak butuh lagi oposisi sebagai penyeimbang. 

BACA JUGA: Server Dukcapil Rusak, E-KTP Tak Bisa Cetak

Saat menyampaikan closing statement, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta rakyat membangun kesadarannya berpikirnya sebagai pemegang kedaulatan.

"Kita harus sadar bahwa kita ini rakyat. Kita adalah rakyat yang merupakan pemegang sah kedaulatan di Republik ini," tegas LaNyalla.

LaNyalla mengajak agar rakyat jangan mudah tertipu oleh gimmick politik yang tengah didramakan oleh para petinggi partai politik yang tengah sibuk bertemu menjalin koalisi untuk suksesi nasional tahun 2024.

"Kita jangan mau diarahkan ke kanan dan ke kiri, ke sana dan ke sini, lalu kemudian membentuk badut politik untuk memimpin negeri ini," kata LaNyalla. (rls/dpd/rakyatbengkulu.disway.id)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: